Wednesday, October 10, 2012

Concept is More

Mendengar kata “Konsep”, apa yang ada dalam pikiran loe? Ide, makna, pesan, filosofi, atau roh dalam sebuah visual. Apapun itu, intinya dalam mengeksekusi sebuah karya design loe harus punya alasan yang kuat yang melatar belakangi kenapa bisa sampai jadi visual seperti ini.

Ketika client bertanya apa yang membuat kamu beda dengan yang lainnya? Kalo jawabannya hanya “Ooh..saya bisa bikin logo yang bagus, dijamin deh..saya kasih murah lagi. Kalo ga percaya tanya aja toko sebelah “. Wekz..jawaban yang klise. Apakah bagus itu ada ukurannya? Ketika loe dan teman masuk ke rumah makan padang yang mewah, loe akan dihidangkan dengan berbagai macam pilihan makanan berkolesterol tinggi tapi nikmat. Tentu saja loe akan ngambil makanan yang bikin loe ga nahan, loe dan teman loe itu bisa jadi beda seleranya. Memilih itu adalah sebuah proses dengan mempertimbangkan unsur suka ga suka, bisa ga bisa, mau ga mau. Ukurannya sangat subyektif sekali. Kalo udah begitu repot kan? Kalo yang jadi decision maker cuma satu, masih bisa loe turutin, tapi kalo decision maker nya ada 10 orang dan punya selera yang beda-beda, apa yang terjadi? Loe akan lebih milih jualan gorengan ketimbang jadi designer.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan menawarkan konsep. Penggabungan antara konsep yang menarik dan eksekusi yang ciamik akan membuat client berdecak kagum, dan loe tidak mungkin mendengar kalimat seperti ini “Ada alternatif lain ga?”. Kalo si client sudah jatuh cinta dengan design-nya, setidaknya harga sudah tidak jadi pertimbangan lagi. Contohnya gini, loe disuruh membuat iklan tentang salah satu bank. Salah satu benefit nya adalah “transfer uang yang cepat”. Kalo yang sederhananya kita akan berpikir, gambar tangan yang sedang memegang uang ditambah dengan copy yang cukup mengganggu mata. Visual tersebut memang ga ada salahnya, tapi kalo digali lebih dalem lagi, loe bakal ketemu ide yang lebih gila lagi, misalnya gambar uang tersebut sedang dikejar oleh seekor cheetah, atau uang berbentuk roket, ataupun yang lainnya. Cara menggali ide nya, udah pernah dibahas di artikel sebelumnya “How to Create a Big Idea”. Jadi jangan hanya sekedar layout yang ditawarkan, tapi loe harus membuat roh di dalam visual yang loe ciptakan! 

Friday, October 5, 2012

How to Create a Big Idea (2)



Jika ada yang pernah membaca salah satu buku Budiman Hakim yang berjudul “Lanturan tapi Relevan” kamu ga bakal asing lagi dengan ide yang satu ini. Om Bud menyebutnya dengan “Dendeng” karena pada saat brainstroming ada yang melontarkan kata “Dendeng”.

Minimal ada 3 orang yang mengikuti  brainstroming ini. Secara bergantian, masing-masing orang menyebutkan sebuah kata secara acak, cepat dan spontan.  Kemudian dari semua kata yang didapat delete semua kata selain kata benda. Sekarang, tiap orang memiliki minimal 2 buah kata benda, dan berikan ke teman yang ada disebelah kanan. Buat sebuah cerita dengan menggunakan 2 buah kata benda tersebut dan tentu saja kedua benda tersebut harus saling berkaitan. Kemudian kembalikan kembali kata tersebut ke asalnya. Kini tiap orang memiliki 2 buah kata benda dan 1 buah cerita. Sekarang saatnya membuat sebuah cerita yang berhubungan dengan produk yang dikerjakan based on the story you have!