Tuesday, August 26, 2014

Ice Bucket Challenge, Deal or No Deal?




Pernah menerima tantangan Ice Bucket Challenge atau bahkan menantang seseorang untuk melakukan Ice Bucket Challenge? Itulah fenomena yang terjadi saat ini. Banyaknya video dan foto tentang artis, olahragawan maupun CEO terkenal melakukan siraman dengan air es yang dingin memang sedang mendunia saat ini. Ice Bucket Challenge digunakan untuk menantang seseorang dalam melakukan hal yang sama  yaitu menyiram seluruh badan dengan menggunakan air es. Aturan yang dibuat cukup simple yaitu membuat video dengan mengambil seember air es dan menyiramnya dari kepala hingga mengenai semua badan, lalu posting video tersebut di social media dan dalam video tersebut Anda diminta untuk menantang teman atau siapapun untuk melakukan hal yang sama. Jika tidak ada kelanjutan dalam 24 jam (orang yang Anda tantang tidak berani), orang tersebut diharuskan membayar 100 dollar yang akan disumbangkan ke penderita ALS (Amytrophic Lateral Sclerosis) atau yang dikenal dengan penyakit Lou Gehrig.

Sejak kemunculannya di Amerika pada 30 Juni lalu lewat sebuah program TV Amerika, Golf Channel Morning Show, tren ini kemudian menyebar dengan cepat melalui efek viralnya di internet.


Apa yang menyebabkan fenomena ini ini begitu cepat menyebar? Jika kita cermati ada beberapa hal yang mendukungnya.


Ice Bucket Challenge berasal dari Amerika yang notabene penduduknya terdiagnosa dengan ALS sekitar 5.000 orang per tahunnya.


Mungkin sebagian orang mengkritik kenapa harus menyiramkan air es di kepala di saat sebenarnya Anda bisa langsung saja menyumbang uang pada organisasi itu?

Dengan adanya tantangan personal ke orang lain untuk melakukan hal yang sama dalam bentuk video yang akan diposting di social media, tentu saja hal ini akan membuatnya berkelanjutan terlebih jika dilakukan oleh orang yang terkenal dengan jumlah followers yang begitu banyak akan dengan mudah fenomena ini menyebar dengan cepat.
 
Tujuan sosial yang digunakan akan mempercepat penyebarannya, walaupun mereka memilih menyiram air es, mereka tetap menyumbangkan dananya.

Wednesday, August 13, 2014

Ini lho yang tepat buat kamu

Jika kita cermati perubahan perilaku konsumen sekarang, kita akan melihat sebelum memutuskan untuk membeli produk, biasanya calon konsumen akan mencari informasi terlebih dahulu sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan untuk membeli. Informasi yang didapat bisa melalui media online dan offline atau referensi dari sekitarnya. Dengan persaingan yang begitu kompetitif mengharuskan para pelakunya untuk selalu muncul di mata konsumen dengan pesan dan waktu yang tepat. Lalu apa pesan yang tepat itu?

Sebelum mencapai tahap referensi, tentu saja produk Anda harus dikenal (aware). Tetapi apakah dengan dikenal saja cukup walaupun produk Anda menjadi salah satu yang dipertimbangkan. Agar bisa menjadi pemenang, produk Anda harus berkarakter (positioning). Sama seperti halnya manusia, jika semua manusia di dunia ini memiliki wajah yang sama tanpa karakter tentu saja kita akan kesulitan memilihnya. Dengan memasukkan karakater, produk Anda akan menjadi lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya (difrensiasi produk). Intinya, “Ini lho yang tepat buat kamu.” Penciptaan karakter produk bisa diotak-atik sedemikian rupa tergantung dari konsumen yang dituju. Bisa mengenai benefit produk (penjualan jangka pendek) atau lebih jauh mengenai apa yang menjadi aspirasi konsumen (penjualan jangka panjang). Contoh yang paling mudah bisa dilihat pada produk-produk unilever yang banyak menciptakan aspirasi bagi konsumennya.

Friday, August 8, 2014

Berdoa Sebelum Makan dapat Diskon 15%

Sebuah restoran di Amerika Serikat memberikan diskon 15 persen bagi pelanggannya yang berdoa sebelum menyantap hidangan. Restoran Mary's Gourmet Diner di Winston Salem, Florida, sebenarnya telah memberikan diskon itu sejak empat tahun lalu. Namun, berkat posting-an sebuah struk pembayaran di laman Facebook, diskon tak biasa itu menjadi bahan pembicaraan.

Adalah Jordan Smith yang sedang bepergian untuk urusan bisnis lalu mampir di restoran itu bersama rekannya. Mereka berdoa sebelum makan. "Ketika selesai makan, pelayan mendatangi kami dan berkata, "Sebagai informasi, kami memberi diskon 15 persen karena Anda berdoa," kata Smith seperti dilansir FoxNews.com. 

Radio Kristen, Z88.3, Orlando Florida mem-posting struk pembayaran itu di laman Facebook pada 31 Juli lalu. Sempat beredar kabar miring bahwa hal itu merupakan kabar palsu alias hoax. Namun pemilik restoran, Mary Haglund, membantahnya. "Idenya soal rasa syukur," kata Haglund kepada FoxNews.com.

Cara mendapatkan diskon doa itu sangat sederhana. Siapa pun yang masuk ke dalam restoran dan terlihat berdoa sebelum makan akan mendapatkan diskon 15 persen dari seluruh tagihan.

Mereka tidak memberitahu pelanggan atau mengiklankannya. "Ini bukan kebijakan dan kami melakukannya secara acak," kata Haglund. Dia mengatakan tidak semua orang menyukai ide tersebut. Pihak restoran pun tidak memaksa jika pelanggan mereka keberatan.

Haglund, 60 tahun, adalah putri pendeta dan misionaris. Dia menghabiskan masa remaja di Filipina, tempat dia melihat kemiskinan. Haglund berpendapat semua orang yang melihat makanannya sebagai berkat harus diberi penghargaan. "Saya sangat bersyukur atas makanan yang indah," katanya.


Sumber :
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/08/116598122/Berdoa-Sebelum-Makan-dapat-Diskon-15?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

Tuesday, August 5, 2014

Handi Irawan: Nama PT Itu Harus Sederhana, Tak Perlu 3 Kata

Nama perseroan terbatas (PT) di Indonesia menurut aturan yang berlaku harus terdiri dari 3 kata. Dan hal ini menurut Handi Irawan D. (CEO Frontier Consulting Group) bukanlah kebijakan yang efektif.  Dalam paparannya tadi malam (3/6) di penganugerahan Corporate Image Award 2014 di Hotel Mulia Senayan, ia mengutarakan harapannya untuk memiliki presiden yang mampu memiliki kepekaan dengan dunia bisnis dan berbagai kebijakan yang mengaturnya, termasuk di dalamnya adalah aturan yang berkenaan dengan citra perusahaan dan branding.
"Sangat mengherankan mengapa pemerintah mengharuskan kita harus membuat nama PT yang terdiri dari 3 kata. Ini merepotkan. Karena di luar negeri, nama brand dan perusahaan bisa satu kata saja dan itu akan menghemat banyak biaya marketing,"paparnya. Ia mencontohkan bagaimana Apple dan BlackBerry bisa tetap bertahan di pasar dengan menggunakan nama brand dan perusahaan yang hanya terdiri dari 1 kata yang memudahkan konsumen mengingatnya.
Handi menyatakan bahwa pimpinan negeri ini nantinya perlu sadar bahwa dunia bisnis Indonesia adalah bagian dari bisnis global. "Jadi jangan melarang menggunakan bahasa Inggris sebagai nama perusahaan. Kita adalah bagian dari dunia,"ujarnya di hadapan audiens.
Ia menceritakan pengalamannya dalam  memberikan merek untuk sekolah Global Jaya. Saat pertengahan 1990-an nama merek tidak diperbolehkan memakai bahasa Inggris, tuturnya. Ia pun memutar otak bagaimana harus mendapatkan nama yang tepat dan menarik untuk sekolah yang saat itu sudah bernuansa internasional dengan  kehadiran tenaga pengajar luar negeri. "Lalu saya gunakan nama 'global', dan menambahkan kata 'jaya' karena saat itu grup Jaya lekat dengan Ciputra yang reputasinya di bidang pendidikan baik."

Sumber : http://www.eciputra.com/berita-5619-handi-irawan-nama-pt-itu-harus-sederhana-tak-perlu-3-kata.html