Friday, September 26, 2014

Brosur Pemasaran: Dulu, Kini, dan Nanti

MARKETING.co.id- Jika Anda ditanya, apa alat pemasaran tradisional yang masih berpengaruh saat ini, apa yang ada dalam pikiran Anda? Anda mungkin memulai jawaban Anda dengan menjawab brosur, kartu nama, poster.
Bagaimana dengan brosur? Sebuah cetakan kreatif yang disajikan berbagai macam bentuk dan sudah ada selama bertahun-tahun. Mungkin sekarang Anda berpikir apakah Anda benar-benar harus mempelajari kenapa brosur bisa begitu boomingdi dunia pemasaran.
Anda mungkin sering melihat brosur di sekitar Anda, atau mungkin Anda menyimpannya. Untuk memahami kekuatan yang ada dalam brosur pemasaran, mari kita melakukan perjalanan singkat tentang masa depan, masa lalu, dan sekarang.
Bagaimana awalnya
Mari kita mengambil langkah mundur dan melihat sejarah dari brosur sekedar  untuk mendapatkan sekilas gambaran tentang di mana brosur ini pertama kali masuk pasar.
Pada 1450, Johannes Gutenberg memulai bisnis percetakannya yang bisa menjadi tanda dari pencetakan komersial yang dilakukan saat ini. Namun, Cina Kuno sudah mulai menggunakan tinta pada sebuah blok kayu sebagai salah satu bentuk cetakan bahkan jauh sebelum Gutenberg memiliki mesinnya.
Sesudah itu, bisnis mulai menemukan cara mereka berkomunikasi dengan target pasar yang lebih besar. Anda dapat mengatakan bahwa pada saat ini, brosur telah lahir sebagai bagian dari iklan cetak.
Sekarang
Dengan peran yang dimainkan oleh brosur disamping promosi, orang menjadi lebih melekat padanya. Anda selalu dapat menemukannya di setiap toko, lampu merah, pusat perbelanjaan dan bahkan lembaga karena ini juga digunakan untuk keperluan edukasi.
Jika itu belum cukup, beberapa penelitian menunjukkan bahwa 75% dari orang-orang yang melihat brosur berpikir itu sangat bermanfaat sebagai sumber informasi. Juga, 63% dari responden setuju bahwa cetakan ini membantu mereka belajar tentang kegiatan dari daerah tertentu. Sekarang, angka-angka itu jelas mengatakan sesuatu tentang bagaimana brosur ini sedang disukai/dianggap oleh para konsumen saat ini.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya
Bahkan ketika banyak bentuk iklan yang sedang dibuat, Anda tidak bisa segera mengatakan bahwa brosur pemasaran akan hilang begitu saja. Seperti yang Anda telah lihat, entah bagaimana itu begitu kuat dalam menarik perhatian orang, ditambah itu juga memberikan informasi yang benar dan mendidik mereka.
Ini bukan hanya tentang pemasaran pada saat ini. Pengaruh brosur tidak hanya mencakup apa yang akan mereka pilih untuk melakukan pembelian tetapi juga pemikiran untuk belajar sesuatu yang baru.
Jadi sekarang Anda telah mendapatkan gambaran yang jelas mengenai brosur pemasaran, mungkin Anda sudah yakin bahwa strategi ini bernilai investasi.
Tapi ingatlah faktor-faktor yang akan membuat brosur bekerja dengan baik untuk Anda. Yakni desain, pencetakan, dan penyebaran. Pelajari cara mencampur komponen tersebut dengan benar dan Anda pasti bisa mendapatkan hasil maksimal dari brosur Anda.
Sumber : http://www.marketing.co.id/brosur-pemasaran-dulu-kini-dan-nanti/

Fredrik Härén: Kreativitas adalah Soal Membuat Sesuatu yang Tepat, di Waktu yang Tepat

Marketing.co.id - Menghadapi perubahan yang begitu cepat, merek dituntut semakin kreatif. Pertanyaannya, sejauh mana kita bisa berkreasi dan menjadi kreatif? Apakah langit adalah batasnya atau adakah rambu-rambu yang perlu diperhatikan oleh para pengelola merek?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Indonesia Brand Summit 2013 mengundang Fredrik Härén—penulis buku The Idea Book sekaligus pembicara di berbagai seminar di seluruh dunia—hadir sebagai pembicara. Ia bicara seputar creative business.
Berikut ini wawancara Majalah MARKETING dengan Fredrik Härén seputar kreativitas dan branding.
Sejauh apa kreativitas bisa dilakukan?
Kesalahan yang sering dilakukan banyak orang adalah mereka berpikir bahwa kreativitas berarti membuat sesuatu yang sama sekali baru dan berbeda. Ya, jika Anda adalah seorang ilmuwan atau seniman. Tapi, jika Anda adalah seorang pengelola merek, kreativitas berarti melakukan apa yang tepat saat ini untuk menarik minat audiens.
Lihat, berapa banyak uang yang dikeluarkan secara sia-sia oleh banyak perusahaan untuk solusi internet selama 20 tahun terakhir. Hal itu terjadi karena mereka terlalu cepat.
Mereka memperkenalkan e-book 15 tahun yang lalu. Hasilnya tidak ada orang yang mau membeli saat itu. Mereka juga membuat website-website besar, tapi tidak ada seorang pun yang menggunakannya. Mereka sangat inovatif, tapi sayangnya terlalu cepat, yang berarti mereka salah saat itu.
Jadi, bagi saya, ketika hal tersebut berkaitan dengan branding, Anda tidak bisa berkreasi tanpa batas. Kalau Anda ingin melakukan hal tersebut, jadilah seorang seniman. Jika Anda berada di dunia bisnis, segalanya harus bisa dijual.
Banyak orang berpikir bahwa Apple adalah perusahaan yang sangat inovatif. Padahal, jika Anda melihat lebih dekat apa yang mereka lakukan, sebenarnya hanya perubahan kecil dari yang telah ada sebelumnya. Hanya saja, mereka meluncurkannya pada waktu yang tepat.
Mereka tidak membuat MP3 player. Mereka hanya memperbarui yang sudah ada. Namun, tidak terlalu baru hingga konsumen menjadi ragu membelinya. Itulah sebab kita tidak bisa terlalu cepat dalam mengkreasikan sesuatu.
Bagaimana Anda melihat Indonesia dalam hal kreativitas?
Saya merasa sangat positif mengenai hal tersebut. Filipina dan Indonesia sangat dipandang sebelah mata dalam hal kreativitas. Indonesia adalah negara yang besar. Itu artinya ada kesempatan besar di dalamnya. Kebanyakan orang kreatif yang saya temui selama ini adalah orang Indonesia.
Kalau begitu, mengapa Indonesia dipandang sebelah mata? Apa yang salah dengan merek-merek Indonesia?
Merek tidak dinilai oleh Anda sendiri. Konsumenlah yang menilai. Jadi, ini sama sekali bukan kesalahan merek-merek Indonesia.
Akan lebih baik kita memiliki brand yang buruk, ketimbang produk yang buruk. Amerika memiliki merek yang baik, namun produk yang buruk. Kalian di Indonesia mempunyai produk yang baik, namun tidak terlalu baik dalam hal branding. Hal ini merupakan sesuatu yang baik.
Nanti, ketika orang-orang sadar produk Amerika tidak sebaik itu, mereka akan langsung meninggalkan merek tersebut. Karenanya, saya memilih berada di posisi kalian. Hal ini sungguh bukan kesalahan merek-merek Indonesia. Ini karena orang-orang di Barat mengabaikan Asia dan Indonesia.
Apakah ini karena orang Indonesia cenderung pemalu sehingga brand Indonesia kurang kreatif dan akibatnya menjadi kurang dikenal?
Dibutuhkan rasa percaya diri agar bisa menjadi kreatif. Karena kreativitas adalah berani mengambil arah yang berbeda ketika semua orang bergerak ke satu arah yang sama.
Namun, perlu diingat bahwa orang-orang yang kreatif selalu penuh keraguan. Mereka meragukan diri sendiri. Coba lihat Leonardo Da Vinci. Dia membuat begitu banyak lukisan sebelum akhirnya merasa puas.
Orang-orang kreatif adalah orang-orang yang “confidently doubting”. Orang-orang kreatif sejati adalah orang-orang yang rendah hati. Siapa pemain bola terbaik di dunia saat ini? Lionel Messi. Sebelumnya? David Beckham. Apa kesamaan dari kedua orang tersebut? Rendah hati.
Kalau begitu, apa saran Anda untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia?
Mereka harus menjadi perusahaan-perusahaan saja, bukan perusahaan Indonesia. Sebutlah diri Anda sebagai perusahaan kertas, bukan perusahaan kertas Indonesia. Jika Anda bisa melepaskan diri dari batasan-batasan tersebut, maka Anda akan bisa besar.
Misalnya saja Rovio. Mereka berasal dari Finlandia, pegawai mereka juga orang-orang Finlandia. Tapi, mereka tidak menyebut diri mereka sebagai perusahaan Finlandia. Mereka adalah entertainment company.
Sumber : http://www.marketing.co.id/fredrik-haren-kreativitas-adalah-soal-membuat-sesuatu-yang-tepat-di-waktu-yang-tepat/

Wednesday, September 24, 2014

Bunglon Communication has been working together with Rhythm to build their brand image using continuous advertising campaign.

Build your brand with us! More info : bunglon.communication@gmail.com

Friday, September 19, 2014

Inovasi & Edukasi

Industri forex jika didalami lebih lanjut menjadi sangat menarik dalam pengerjaan strategi marketing. Mengapa demikian? Karena marketnya yang sangat spesifik itulah yang menjadi tantangan tersendiri. 

Apa sebenarnya forex itu? Forex, singkatan dari foreign exchange merupakan salah satu dari jenis produk yang memperdagangkan dua mata uang, pergerakan nilai mata uang yang satu dengan yang lainnya itulah yang kita mainkan. Karena sifatnya yang sangat liquid, maka industri ini bisa dikatakan high risk, high return. Banyak yang bilang kalo produk ini seperti tebak-tebakan hasil skor pertandingan sehingga sulit sekali untuk meraih keuntungan, tetapi banyak juga yang meraup keuntungan. Dari sini bisa disimpulkan, targetnya bukan hanya yang punya modal tetapi faktor mental juga mempengaruhi.

Hampir di semua perusahaan forex memiliki produk dengan currency yang sama, yang membedakannya hanya di komisi dan pelayanan. Kalo kita hanya berperang di harga tentu tidak akan ada habisnya, hampir di semua produk juga berlaku demikian karena harga bukan akhir dari segalanya. Selain faktor harga ada faktor pelayanan yang bisa dipertimbangkan oleh nasabah. Faktor pelayanan itu mempunyai cakupan yang sangat luas, yang bila dirangkum pada intinya meningkatkan kepercayaan diri nasabah dalam mengambil keputusan/posisi. Kuncinya ada pada internal perusahaan, inovasi dan edukasi. 

Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, perusahaan suka tidak suka harus terus mengikutinya untuk memudahkan nasabah dalam ber-trading, bisa berupa pembuatan berbagai aplikasi untuk trading, copy system trader atau yang lainnya yang pada intinya memudahkan trader dalam bertransaksi.


Faktor lainnya adalah edukasi. Edukasi yang konsisten dan terus menerus, bertujuan untuk membentuk mindset “trading  itu sebenarnya mudah”. Tentu saja ini bukan pekerjaan sederhana, dibutuhkan waktu bahkan menthor untuk mengarahkan para trader tersebut. Bahkan sekarang banyak didirikan akademi trading mulai dari tingkat beginner sampai advanced. Nah dari dua faktor tersebut bisa dieksekusi menjadi program-program promosi untuk menarik nasabah dalam menciptakan kesan pertama dengan produk yang ditawarkan.

Thursday, September 11, 2014

Slogan Perusahaan, perlu atau tidak?

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah ditanya oleh seorang klien mengenai perlu atau tidaknya membuat slogan perusahaan. Mereka berpendapat bahwa slogan perusahaan tidak perlu karena produk yang dijual bukan kepada end-user tetapi B2B (Business to Business) dan juga jarangnya menggunakan iklan.

Slogan, baik untuk perusahaan ataupun produk tetap diperlukan karena berkaitan dengan positioning (penempatan produk dalam benak konsumen). Selain itu dengan adanya slogan dapat mendorong untuk menciptakan pengalaman pertama untuk menarik pembeli yang pada akhirnya menciptakan persepsi dalam benak konsumen. Tidak hanya produk tetapi juga perusahaan memerlukan strategi positioning yang kemudian diformulasikan menjadi positioning statement atau yang kita kenal dengan slogan.

Berikut beberapa point yang penting dalam pembuatan slogan :

Singkat
Just Do it (Nike)
Slogan harus dibuat sesingkat mungkin dan unik dan biasanya tidak lebih dari 7 kata. Dengan slogan yang singkat akan menjadi mudah diingat dan menjadi tantangan tersendiri dalam menciptakan slogan.

Tidak Berlebihan (Hiperbola)
Semakin di Depan (Yamaha)
Kata-kata seperti “No.1”, “Yang Terbaik” sudah terlalu umum digunakan dan tidak memberikan keunikan pada produk atau perusahaan. Sebaiknya lebih ditekankan pada benefit, profil target pasar, dan lainnya

Komitmen
Pasti Pas (Pertamina)
Jika tidak memiliki keunikan dengan produk atau jasa yang dijual, kita bisa menjelaskan mengenai kualitas dan kepuasan pelanggan

Berirama
Aku dan Kau Suka Dancow (Dancow)
Slogan yang berirama, mengandung rima dan saling berkaitan akan lebih mudah dikenal dan diingat.