Friday, June 28, 2013

“Menikah” dengan Konsumen Anda

Konsumen Indonesia memiliki beberapa karakter unik yang perlu dicermati. Pengenalan karakter ini berguna untuk menyusun strategi pemasaran. Untuk itu diperlukan data-data yang akurat melalui riset. Bila dilakukan dengan tepat, kita dapat mengetahui apakah produk atau jasa yang telah diberikan telah memuaskan konsumennya atau tidak atau bahkan sampai dalam tahap antusias.
Kita dapat mengenali konsumen dengan jelas dari aspek geografis, demografis dan psikografis. Analisa peluang di pasar, permasalahan yang terjadi, ataupun potensi yang ada yang dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Pada umumnya digunakan 2 metode riset, kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitatif berfokus pada angka, statistik dan presentase. Cara yang digunakan bisa melalui survei dan obeservasi. Sedangkan riset kualitatif, perilaku konsumen dapat diketahui dengan lebih baik, karena metode ini menggunakan teknik wawancara dengan lebih mendalam bisa secara kelompok maupun individu. Strategi pemasaran yang tepat bisa kita temukan disini.

Banyak pemasar yang tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada konsumen tentang produknya. Banyak yang hanya berbicara mengenai harga, padahal harga bukan menjadi faktor penentu bagi konsumen, terlebih bagi kalangan premium. Poin yang paling penting yang harus diangkat adalah difrensiasi produk. Karena itu menikahlah dengan konsumen kita untuk mendapatkan difrensiasi yang tepat.

Monday, June 24, 2013

Efektifkah Iklan Saya?

Pertanyaan yang sering muncul ketika kita mulai melakukan promosi, kalau saya cetak brosur, berapa banyak yang telepon? Kalau saya pasang iklan di koran, sales nya bakal naik jadi berapa?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengenal terlebih dahulu segmentasi produk atau gampangnya produknya ditujukkan kepada siapa? Akan lebih baik jika digunakan dengan metode “Model” yang mewakili sejumlah perilaku dan aktivitas konsumen yang kita tuju. Karena sifat & perilaku konsumen begitu kompleks, dengan menggunakan metode ini kita dapat menyederhanakannya. Setelah kita menyimpulkan aktivitas dari “Model” tadi, barulah ditentukan konsep dan medium yng terintegrasi secara menyeluruh untuk mendekatkan produk kita ke konsumen yang diwakili oleh “Model” tadi.

Pengukuran efektivitas iklan bisa dilakukan beragam, seperti pemahaman produk, pengingatan dan penjualan, tergantung mana yang ingin di achieve. Yang berkaitan dengan penjualan dapat diketahui dengan peningkatan penjualan, sedangkan yang berkaitan dengan awarness dapat diketahui dengan riset image yang meningkat, dll.
Penjualan itu sendiri akan sangat sulit untuk diukur, banyak faktor yang mempengaruhi terhadap keputusan konsumen dalam membeli. Misalnya ketika kita beriklan di koran, prediksi biasanya berdasarkan jumlah pembaca koran tersebut, ini pun tergantung dari penempatan halaman, ukuran, dll. Begitu juga dengan medium lainnya tidak ada yang menjamin, iklan yang kita pasang di media dengan jumlah pembaca x, maka iklan kita akan dilihat sejumlah pembaca x tersebut.

Iklan adalah salah satu sarana penunjang untuk kegiatan marketing. Semuanya balik lagi kepada produk itu sendiri, jika distribusi, service, after sales, dll semuanya memuaskan konsumen maka dengan beriklan proses untuk pencapaian market leader akan lebih cepat.

Mencari konsumen itu sama halnya ketika kita mencari pasangan hidup, dengan mengikuti beragam aktivitas tentu saja akan lebih mudah mendapatkan pasangan ketimbang berdiam diri di dalam kamar, bukan?

Saturday, June 15, 2013

Memancing Pelanggan.

Untuk memulai bisnis, kadang kita dibuat resah oleh beberapa pertanyaan, bagaimana dengan pelanggannya, bagaimana dengan pesaingnya, apakah tempatnya strategis, kapan bisa BEP (Break Event Point) dan segelintir pertanyaan lainnya yang bila dirangkum menjadi satu “Berhasil atau Gagal?”.

Apakah ini akan mengurungkan niat kita untuk memulai bisnis? Bisnis tanpa profit tentu saja tidak akan berjalan, kecuali perusahaan Anda memang dirancang untuk Non-Profit Organization. Apabila dalam bisnis Anda pelanggan tak kunjung datang, tentu saja ini tidak diinginkan bukan? Berikut beberapa strategi pemasaran untuk menjaring pelanggan :

Buat Networking melalui Orang-Orang yang Kita Kenal
Kita bisa memulainya terlebih dahulu melalui teman-teman terdekat dengan mengenalkan produk atau jasa yang kita tawarkan. Tidak mustahil mereka akan menjadi pelanggan pertama kita atau mungkin saja pelanggan tetap.

Integrasikan melalui Website atau Blog
Saat ini orang cenderung mencari informasi melalui media digital. Berapa banyak orang yang mencari informasi produk atau perusahaan melalui yellow pages. Setelah seseorang memiliki interest pada suatu produk, mereka akan melakukan search terlabih dahulu melalui google, yahoo, dsb atau bahkan mereka masuk ke komunitas dari produk tersebut. Jadi proses mendapatkan informasi di internet ini yang menentukan merk apa yang akan dipilih.

Voucher Gratis / Potongan Harga
Untuk memberikan kesempatan kepada pelanggan merasakan produk atau jasa kita, salah satunya adalah dengan sistem voucher. Pemberian voucher ini bisa melalui banyak cara, misalnya bekerja sama dengan produk yang ada hubungannya dengan produk kita, memberikan voucher gratis yang mendaftar melalui website atau dengan membagikannya secara langsung pada saat event tertentu.

Membentuk Komunitas
Untuk menjalin hubungan dengan pelanggan (engagement), dibentuklah sarana informasi salah satunya adalah melalui komunitas. Karena komunitas ini bersifat dua arah, kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan produk kita.

Adakan Kontes
Setelah komunitas terbentuk, untuk lebih memberikan apresiasi kepada pelanggan kita bisa mengadakan kontes. Kontes bisa diumumkan melalui media online dan offline. Pegadaan kontes seperti ini bisa meningkatkan engagement dan awarness produk.

Branding
Produk atau jasa yang kita tawarkan sebaiknya dikemas sesuai dengan target yang sudah kita tentukan dari awal, faktor demografi, geographics dan psikografis. Jangan sampai kita memakai umpan dan lokasi yang salah ketika memancing. 

Friday, June 14, 2013

Komunikasi Designer & Client Menghasilkan Konsep yang Efektif.

Beberapa waktu yang lalu, setelah menerima brief dari client seperti biasa saya langsung memikirkan beberapa konsep dari brief tersebut karena client ini sudah terbiasa kami tangani. Kira-kira brief nya seperti ini

“Flyer seminar yang intinya tentang transformasi dari business runner menjadi business owner. Business runner adalah pemilik bisnis yang super sibuk, semuanya dikerjakan sendiri sedangkan business owner adalah orang yang santai dengan bisnis yang sudah jalan dan memikirkan tentang pengembangan bisnis.”

Alternatif pertama, kedua dan ketiga dikirim dan pada akhirnya semua ditolak. Kenapa? Client hanya bisa bilang “ga ada yang cocok”. Hhmm..tepok jidat tiga kali. Kemudian saya review kembali mulai dari awal, briefnya. Karena brief ini sangat menetukan konsep yang akan dibuat seperti apa. Kebanyakan client akan memberikan brief secara umum, tugas kita sebagai designer yang akan mempertajamnya. Kemudian saya mencoba berdiskusi kembali dengan client, akhirnya dapat disimpulkan business runner mempunyai masalah dengan waktu, mereka merasa sangat terikat oleh waktu untuk melakukan hal-hal operasional sehingga tidak sempat untuk memikirkan hal lainnya diluar itu. Sedangkan business owner, sudah menerapkan sistem dan kemudian memikirkan pengembangan perusahaan. Okay dari situ kita baru dapat point utamanya,  intinya adalah tentang keterikatan waktu, tentu saja ini lebih berbobot dari sebelumnya. Finally, konsep disetujui dan akhirnya dilanjutkan dengan proses cetak.

Jangan pernah menganggap enteng pekerjaan, walaupun kita sering melakukannya. Gali informasi sebanyak mungkin dalam hal ini komunikasi dengan client sangat penting. Brief yang didapat dari client umumnya hanya bersifat general, sudah seharusnya seorang designer mengerucutkannya.