Thursday, August 29, 2013

God is My CEO

Cari Nama Dulu, Baru Untung

Siapa yang tidak kenal D’Cost, restoran seafood ini cukup fenomenal di jagat industri kuliner. Dalam waktu relatif singkat, perusahaan ini sudah dikenal luas oleh masyarakat dan restorannya selalu ramai dikunjungi para penikmat seafood. Perusahaan ini bukanlah perusahaan triliunan rupiah yang bisa mengeluarkan puluhan miliar untuk beriklan di televisi. Namun, perusahaan ini punya kiat untuk bisa populer dengan bujet terbatas.

D’Cost selalu mengeluarkan promosi diskon gila-gilaan. Contohnya, Makan Sepuasnya, Bayar Sesukanya, Diskon Sesuai Umur, sampai Diskon Gerombolan. Makin banyak gerombolan yang datang, makin banyak diskonnya. Kalau pemiliknya bilang, “Hanya orang bodoh saja yang mau melakukan promo ini”.

D’Cost melakukan sejumlah strategi yang boleh dikata berani keluar dari pakem-pakem yang ada. Serangkaian promonya yang unik dan sama sekali berbeda memang menarik untuk diikuti. D’Cost seperti membawa petunjuk baru dalam berbisnis restoran. Akan tetapi, apa yang dilakukan oleh perusahaan yang sudah berumur enam tahun ini sejatinya dapat pula dipraktikkan oleh bisnis-bisnis lainnya.

Aroma kreativitas selalu tercium pada setiap strategi yang dijalankan D’Cost. Ciri khasnya ialah selalu menimbulkan rasa penasaran dan membuat geger. Tentu saja kesuksesan D’Cost dalam melakukan strategi pemasaran ini tak lepas dari tangan dingin Sang Nahkoda PT Pendekar Bodoh (D’Cost), David Vincent Marsudi. Untuk mengetahui lebih jauh tentang gaya kepemimpinan dia, bisa disimak hasil wawancara dia dengan jurnalis Majalah MARKETING, Andri Darmawan dan fotografer Asep Tony. Berikut petikannya.
Bisa diceritakan awal-awal terjun ke bisnis restoran seafood?

Begini, enam tahun silam, seafood itu sering dipersepsikan mahal. Padahal, makanan ini termasuk sehat dan lezat. Dari situ kami berpikir, bagaimana bisa menyediakan makanan seafood seharga ibu masak di rumah sehingga bisa dinikmati oleh semua segmen. Muncullah D’Cost ini.

Tantangan pertama yang dihadapi ketika itu?

Proses pengadaan bahan baku. Ini yang paling sulit. Terus terang latar belakang saya dan sebagian rekan di D’Cost dari properti. Seafood itu berbeda dari makanan berbahan baku ayam atau sapi yang jumlahnya melimpah. Seafood itu seasonally, begitu musimnya tiba, harus membeli sebanyak mungkin untuk persediaan. Setelah dibeli, persoalan berikutnya penyimpanan. Setelah kami pelajari, ternyata ada metodenya. Jadi, bila disimpan pada suhu -25ºC, bahan baku akan tahan 3 bulan, tetapi kalau ditaruh pada suhu 4ºC, bisa tahan 3 hari, dan apabila ditempatkan pada suhu ruangan cuma tahan 3 jam. Jadi, 3 bulan, 3 hari, dan 3 jam. Kalau barangnya fast moving kami taruh di suhu 4ºC. Dari ilmu ini kami bisa memasok bahan baku secara aman ke setiap cabang hingga sekarang. Kemudian, untuk bagian lainnya, tidak ada masalah karena manajemennya sama dengan bisnis-bisnis pada umumnya.

Lokasi pertama D’Cost di mana?

Kemang, Jakarta Selatan. Sengaja kami pilih di sana agar menarik perhatian masyarakat. Sebab strategi kami ialah cari nama dulu baru untung. Seperti yang kita ketahui, Kemang merupakan daerah elite, umumnya restoran yang berdiri di sana adalah restoran premium. Nah, tiba-tiba muncul D’Cost, restoran harga kaki lima, dengan mutu bintang lima. Alhasil, gegerlah masyarakat sekitar sana. Dari segi nama perusahaan pun kami buat unik, yakni PT Pendekar Bodoh.Mengapa kami menggunakan nama yang agak nyeleneh, karena prinsip memilih nama agar mencuri perhatian hanya ada dua cara, nama yang bagus sekali, atau sebaliknya. Dan kami pilih yang sebaliknya.

Tetapi, setiap nama pasti memiliki filosofi, bukan?

Benar, mengapa PT Pendekar Bodoh? Umumnya sebagai konsumen, kita pasti ingin membeli barang bagus dengan harga murah, dan sebagai pengusaha ingin menjual barang bagus dengan harga yang mahal itu lazim. Nah, filosofi bisnis kami adalah give and receive. Memberi dulu, nanti pasti akan menerima. Pengusaha semacam ini menurut kami bodoh, tetapi jiwanya pendekar karena bertujuan membantu orang, wong memberi kok. Karena itu, nama PT Pendekar Bodoh dipilih. Sama halnya PT Bocuan Gapapa yang menaungi brand terbaru kami, D’Stupid Baker. Prinsip kami memulai bisnis itu tidak untung dulu tidak apa-apa, yang penting nama tenar. Bila skala ekonomi usaha semakin besar, keuntungan nanti pasti akan datang. Contoh, Google dan Yahoo, mereka perusahaan raksasa yang dimulai dari memberi gratis dulu kepada orang-orang.

Strategi D’Cost banyak yang terkenal nyeleneh, boleh tahu alasannya?

Nyeleneh-nya bukan asal nyeleneh. Seperti yang sudah dijelaskan, filosofi bisnis kami adalah give and receive, maka dalam membuat strategi pun harus too good to be true. Artinya apa? Strategi tersebut harus memiliki nilai. Contoh program “Diskon Sesuai Umur” yang membuat anak-anak semakin cinta pada orangtua, terutama di hari Selasa. Dengan program ini, keluarga yang makan di D’Cost bisa mendapat diskon berdasarkan umur tertua dari anggota keluarganya. Misal, yang paling tua berumur 70 tahun, maka diskonnya 70%.

Kemudian, untuk segmen anak muda, kami juga ada program “Diskon Sesuai Umur”. Pelanggan cukup membayar sesuai umur mereka. Misal, Anda makan habis Rp10.000, dan umur Anda 20 tahun, maka yang dibayar cukup 20% saja, atau Rp2.000. Lalu, untuk karyawan yang rata-rata berumur di bawah 30 tahun, kami menghadirkan D’Cost Quick. Saat ini lokasinya masih di Plaza Festival, Kuningan, Jakarta. Yang spesial dari sini adalah paket menu Rp10.000 plus es teh manis. Paket menu ini sengaja dibuat karena kami menyadari bahwa rata-rata dari mereka adalah first jobber yang uang makannya belumlah seberapa.

Program lain yang tak kalah unik misalnya “Uang & Doa”. Di setiap hari keagamaan, kami adakan program untuk pelanggan cukup menulis doa di secarik kertas. Doanya terserah, lalu berikan kepada pihak D’Cost, maka itu sudah setara dengan membayar 50%. Ini dilakukan hanya pada cabang-cabang tertentu, yang informasinya bisa dilihat pada website, Facebook, serta Twitter D’Cost.

Apa kunci membuat promo yang menarik?

Simpel, posisikan diri Anda sebagai konsumen. Gali kebutuhan dasar mereka, lalu buat program yang memfasilitasi kebutuhan tersebut. Dan, upayakan agar membuat promo yang konsumen tidak kuasa menolaknya. Salah satu contoh program kami yang cukup menuai respons positif adalah Program Paket Nikah, “Hamil Dulu Baru Bayar”. Program ini menyedot minat yang besar. Misinya ingin membantu pasangan menikah yang ingin resepsi tetapi tidak punya biaya. Program ini berlangsung setiap hari Minggu di D’Cost WTC Mangga Dua, Jakarta. Syaratnya sangat mudah, cukup fotokopi KTP dan surat nikah, lalu ajukan ke kami.

Sampai sekarang, apakah sudah ada yang membayar?

Sejak diluncurkan di awal tahun 2012 sampai sekarang belum ada yang membayar. Apakah kami pusing? Tidak, karena tugas D’Cost hanya menjalankan misi sebagai perusahaan F&B yang membawa manfaat bagi masyarakat. Selebihnya biar “departemen Tuhan” yang mengatur.

Apa yang menginspirasi Anda melakukan itu?

Kesadaran bahwa di atas segalanya, Tuhan-lah yang mengatur dan menjadi bos saya. Ada salah satu buku yang cukup menginspirasi bagi saya dan teman-teman, berjudul God is My CEO, penulisnya Larry Julian. Isi buku tersebut menjelaskan, kalau CEO-nya Tuhan, kebijakan apa yang akan diambil? Ini menjadi suatu tantangan bagi pebisnis dalam mengambil keputusan di segala bidang. Pikirkan apa yang Tuhan inginkan, bukan apa yang kita inginkan. Akan ada banyak kejutan bila ini dapat dilakukan dengan ikhlas, bahkan akan mendobrak hukum ekonomi yang dipelajari selama ini.

Apa strategi di tahun depan?

Yang jelas, kami masih akan menawarkan promo-promo unik. Beberapa yang sudah berjalan masih terus dipertahankan, seperti Up to You Price, Makan Sesukanya, Bayar Sesukanya pada setiap pembukaan cabang baru di hari Rabu selama sebulan. Program ini sudah enam tahun. Lalu, yang kedua, promo Diskon Umur, ini juga sudah berjalan tiga tahun lebih, dan masih akan dijalankan tahun depan. Bila di tahun ini kami menelurkan dua brand baru, yaitu D’Cost Quick dan D’Stupid Baker, di tahun depan akan tetap sama dengan merilis brand-brand baru yang bergerak di sektor usaha F&B yang oleh masyarakat umumnya dikenal mahal, akan kami buat menjadi makanan yang terjangkau dengan rasa berani bersaing.

Apa rencana D’Cost selanjutnya?

Yang paling dekat dulu, kami akan membuka 13 cabang dari 57 cabang di tahun 2013, dan membuka 50 D’Cost Quick, serta 50 D’Stupid Baker. Kami juga mau menawarkan franchise. Konsepnya akan berbeda dari franchise yang lain. Gambarannya, kami akan mengawinkan franchise dengan properti. Jadi, selain usaha, para mitra bakal memiliki aset berupa properti. Keuntungan yang didapat ganda, dari profit bisnis, dan gain investasi properti. Orang menjalankan bisnis restoran itu keuntungannya belumlah besar bila belum memiliki properti sendiri. Dan, nilai investasi properti pun cenderung lambat bila hanya “dijemur”, atau tidak difungsikan sama sekali. Perpaduan ini kami yakin akan menjadi sesuatu yang inovatif dan menguntungkan bagi mitra. Nah, untuk jangka panjang, nantinya di tahun 2015, kami ingin go international, lalu pada tahun 2018, mudah-mudahan sudah bisa go public.


cerdassss...................


Monday, July 8, 2013

Dicintai Konsumen

Jika kita harus memilih dua pertanyaan berikut, mencari konsumen baru atau mempertahankan konsumen yang sudah ada, manakah yang anda lebih prioritaskan? Berikut beberapa strategi untuk mempertahankan konsumen, agar tidak pindah ke lain hati.

Produk dan Layanan Berkualitas
Marketing terbaik adalah pada kualitas produk dan layanan. Fokus pada produk dan layanan yang diberikan dengan menciptakan SOP (Standar Operating Procedure) sehingga produk dan layanan yang diberikan merupakan yang terbaik yang sampai ke tangan konsumen. Lakukan training ke karyawan tentang SOP ini dan monitoring mulai dari proses awal, untuk usaha dalam skala kecil tentu akan lebih mudah dalam proses monitoring. Jika promo berjalan dengan baik, tetapi konsumen tetap tidak puas dengan produk atau layanan yang diberikan, cepat atau lambat kita akan ditinggalkan.

Ciptakan Inovasi
Kebutuhan konsumen akan terus berubah. Saat ini industri digital berkembang dengan pesat. Jika kita menawarkan mesin ketik di era saat ini tentu akan sangat sulit, bukan? Inovasi bisa dalam hal produk maupun dalam bentuk pelayanannya. Contoh produk, dengan menciptakan varian baru, inovasi kemasan, ataupun peningkatan kualitas produk. Dari segi pelayanan, menciptakan sistem pesan antar, aplikasi dan transaksi via mobile dan pelayanan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang intinya adalah memudahkan.

Program Promosi
Jika kita ditraktir oleh teman, pasangan atau siapapun tentu kita akan senang. Tidak ada salahnya kita memperlakukan hal yang sama kepada konsumen kita. Program potongan harga/ diskon, paket produk / bundling, point rewards merupakan beberapa jenis program promosi yang bisa kita terapkan. Semuanya bisa dikemas dengan menarik, misalnya untuk potongan harga bisa diberikan secara langsung ataupun dengan persyaratan tertentu, diskon berdasarkan umur konsumen, plat nomor kendaraan, games dan yang lainnya. Paket produk banyak kita lihat pada usaha kuliner, paket ini bisa kita gabungkan dengan bekerjasama produk lainnya. Point rewards, tentu kata yang tidak asing di industri perbankan. Kita dapat menerapkannya pada usaha kita, tentu saja sistem dan aturan mainnya bisa disesuaikan masing-masing.

Program Member Card
Merupakan salah satu program yang wajib dijalankan. Banyak sekali program yang bisa dijalankan dimulai dengan member card, tidak hanya untuk membangun loyalitas konsumen, tetapi kita dapat mengetahui profil konsumen kita dari sisi demografis dan geografis. Dengan program member card ini merupakan cikal bakal terbentuknya komunitas dan secara tidak langsung kita dapat mengetahui sejauh mana brand awarness usaha kita. Pelayanan yang diberikan kepada member card tentu saja harus dibuat berbeda dengan non member. Mungkin saja, suatu hari member card kita bisa layaknya seperti kartu atm, credit card yang memberikan potongan harga di merchant-merchant tertentu dan lainnya. Bila sudah seperti itu, bayangkan brand kita sudah sebesar apa.

Friday, June 28, 2013

“Menikah” dengan Konsumen Anda

Konsumen Indonesia memiliki beberapa karakter unik yang perlu dicermati. Pengenalan karakter ini berguna untuk menyusun strategi pemasaran. Untuk itu diperlukan data-data yang akurat melalui riset. Bila dilakukan dengan tepat, kita dapat mengetahui apakah produk atau jasa yang telah diberikan telah memuaskan konsumennya atau tidak atau bahkan sampai dalam tahap antusias.
Kita dapat mengenali konsumen dengan jelas dari aspek geografis, demografis dan psikografis. Analisa peluang di pasar, permasalahan yang terjadi, ataupun potensi yang ada yang dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Pada umumnya digunakan 2 metode riset, kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitatif berfokus pada angka, statistik dan presentase. Cara yang digunakan bisa melalui survei dan obeservasi. Sedangkan riset kualitatif, perilaku konsumen dapat diketahui dengan lebih baik, karena metode ini menggunakan teknik wawancara dengan lebih mendalam bisa secara kelompok maupun individu. Strategi pemasaran yang tepat bisa kita temukan disini.

Banyak pemasar yang tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada konsumen tentang produknya. Banyak yang hanya berbicara mengenai harga, padahal harga bukan menjadi faktor penentu bagi konsumen, terlebih bagi kalangan premium. Poin yang paling penting yang harus diangkat adalah difrensiasi produk. Karena itu menikahlah dengan konsumen kita untuk mendapatkan difrensiasi yang tepat.

Monday, June 24, 2013

Efektifkah Iklan Saya?

Pertanyaan yang sering muncul ketika kita mulai melakukan promosi, kalau saya cetak brosur, berapa banyak yang telepon? Kalau saya pasang iklan di koran, sales nya bakal naik jadi berapa?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengenal terlebih dahulu segmentasi produk atau gampangnya produknya ditujukkan kepada siapa? Akan lebih baik jika digunakan dengan metode “Model” yang mewakili sejumlah perilaku dan aktivitas konsumen yang kita tuju. Karena sifat & perilaku konsumen begitu kompleks, dengan menggunakan metode ini kita dapat menyederhanakannya. Setelah kita menyimpulkan aktivitas dari “Model” tadi, barulah ditentukan konsep dan medium yng terintegrasi secara menyeluruh untuk mendekatkan produk kita ke konsumen yang diwakili oleh “Model” tadi.

Pengukuran efektivitas iklan bisa dilakukan beragam, seperti pemahaman produk, pengingatan dan penjualan, tergantung mana yang ingin di achieve. Yang berkaitan dengan penjualan dapat diketahui dengan peningkatan penjualan, sedangkan yang berkaitan dengan awarness dapat diketahui dengan riset image yang meningkat, dll.
Penjualan itu sendiri akan sangat sulit untuk diukur, banyak faktor yang mempengaruhi terhadap keputusan konsumen dalam membeli. Misalnya ketika kita beriklan di koran, prediksi biasanya berdasarkan jumlah pembaca koran tersebut, ini pun tergantung dari penempatan halaman, ukuran, dll. Begitu juga dengan medium lainnya tidak ada yang menjamin, iklan yang kita pasang di media dengan jumlah pembaca x, maka iklan kita akan dilihat sejumlah pembaca x tersebut.

Iklan adalah salah satu sarana penunjang untuk kegiatan marketing. Semuanya balik lagi kepada produk itu sendiri, jika distribusi, service, after sales, dll semuanya memuaskan konsumen maka dengan beriklan proses untuk pencapaian market leader akan lebih cepat.

Mencari konsumen itu sama halnya ketika kita mencari pasangan hidup, dengan mengikuti beragam aktivitas tentu saja akan lebih mudah mendapatkan pasangan ketimbang berdiam diri di dalam kamar, bukan?

Saturday, June 15, 2013

Memancing Pelanggan.

Untuk memulai bisnis, kadang kita dibuat resah oleh beberapa pertanyaan, bagaimana dengan pelanggannya, bagaimana dengan pesaingnya, apakah tempatnya strategis, kapan bisa BEP (Break Event Point) dan segelintir pertanyaan lainnya yang bila dirangkum menjadi satu “Berhasil atau Gagal?”.

Apakah ini akan mengurungkan niat kita untuk memulai bisnis? Bisnis tanpa profit tentu saja tidak akan berjalan, kecuali perusahaan Anda memang dirancang untuk Non-Profit Organization. Apabila dalam bisnis Anda pelanggan tak kunjung datang, tentu saja ini tidak diinginkan bukan? Berikut beberapa strategi pemasaran untuk menjaring pelanggan :

Buat Networking melalui Orang-Orang yang Kita Kenal
Kita bisa memulainya terlebih dahulu melalui teman-teman terdekat dengan mengenalkan produk atau jasa yang kita tawarkan. Tidak mustahil mereka akan menjadi pelanggan pertama kita atau mungkin saja pelanggan tetap.

Integrasikan melalui Website atau Blog
Saat ini orang cenderung mencari informasi melalui media digital. Berapa banyak orang yang mencari informasi produk atau perusahaan melalui yellow pages. Setelah seseorang memiliki interest pada suatu produk, mereka akan melakukan search terlabih dahulu melalui google, yahoo, dsb atau bahkan mereka masuk ke komunitas dari produk tersebut. Jadi proses mendapatkan informasi di internet ini yang menentukan merk apa yang akan dipilih.

Voucher Gratis / Potongan Harga
Untuk memberikan kesempatan kepada pelanggan merasakan produk atau jasa kita, salah satunya adalah dengan sistem voucher. Pemberian voucher ini bisa melalui banyak cara, misalnya bekerja sama dengan produk yang ada hubungannya dengan produk kita, memberikan voucher gratis yang mendaftar melalui website atau dengan membagikannya secara langsung pada saat event tertentu.

Membentuk Komunitas
Untuk menjalin hubungan dengan pelanggan (engagement), dibentuklah sarana informasi salah satunya adalah melalui komunitas. Karena komunitas ini bersifat dua arah, kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan produk kita.

Adakan Kontes
Setelah komunitas terbentuk, untuk lebih memberikan apresiasi kepada pelanggan kita bisa mengadakan kontes. Kontes bisa diumumkan melalui media online dan offline. Pegadaan kontes seperti ini bisa meningkatkan engagement dan awarness produk.

Branding
Produk atau jasa yang kita tawarkan sebaiknya dikemas sesuai dengan target yang sudah kita tentukan dari awal, faktor demografi, geographics dan psikografis. Jangan sampai kita memakai umpan dan lokasi yang salah ketika memancing. 

Friday, June 14, 2013

Komunikasi Designer & Client Menghasilkan Konsep yang Efektif.

Beberapa waktu yang lalu, setelah menerima brief dari client seperti biasa saya langsung memikirkan beberapa konsep dari brief tersebut karena client ini sudah terbiasa kami tangani. Kira-kira brief nya seperti ini

“Flyer seminar yang intinya tentang transformasi dari business runner menjadi business owner. Business runner adalah pemilik bisnis yang super sibuk, semuanya dikerjakan sendiri sedangkan business owner adalah orang yang santai dengan bisnis yang sudah jalan dan memikirkan tentang pengembangan bisnis.”

Alternatif pertama, kedua dan ketiga dikirim dan pada akhirnya semua ditolak. Kenapa? Client hanya bisa bilang “ga ada yang cocok”. Hhmm..tepok jidat tiga kali. Kemudian saya review kembali mulai dari awal, briefnya. Karena brief ini sangat menetukan konsep yang akan dibuat seperti apa. Kebanyakan client akan memberikan brief secara umum, tugas kita sebagai designer yang akan mempertajamnya. Kemudian saya mencoba berdiskusi kembali dengan client, akhirnya dapat disimpulkan business runner mempunyai masalah dengan waktu, mereka merasa sangat terikat oleh waktu untuk melakukan hal-hal operasional sehingga tidak sempat untuk memikirkan hal lainnya diluar itu. Sedangkan business owner, sudah menerapkan sistem dan kemudian memikirkan pengembangan perusahaan. Okay dari situ kita baru dapat point utamanya,  intinya adalah tentang keterikatan waktu, tentu saja ini lebih berbobot dari sebelumnya. Finally, konsep disetujui dan akhirnya dilanjutkan dengan proses cetak.

Jangan pernah menganggap enteng pekerjaan, walaupun kita sering melakukannya. Gali informasi sebanyak mungkin dalam hal ini komunikasi dengan client sangat penting. Brief yang didapat dari client umumnya hanya bersifat general, sudah seharusnya seorang designer mengerucutkannya.

Friday, May 24, 2013

Don't Try This at Your Logo

Logo merupakan sebuah identitas cerminan dari sebuah perusahaan. Banyak makna yang seharusnya terkandung dalam sebuah logo (dibahas dalam artikel “A Logo”). Untuk mencapai Brand Awarness diperlukan tahunan bahkan puluhan tahun. Jika tujuan kita adalah untuk jangka panjang, sudah sepantasnya sebuah logo tidak diciptakan secara instan bahkan dalam hitungan jam.

Untuk seorang designer logo ada beberapa jebakan yang harus diwaspadai agar tidak jatuh ke dalam perangkap ini. Berikut 5 hal yang paling umum yang harus dihindari :

Gather as much information
Sebelum Anda memulai proses, ada baiknya menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai perusahaan tersebut. Mungkin tidak semua informasi bisa didapat langsung dari client, Anda harus mencarinya sendiri melalui Google ataupun yang lainnya. Informasi tersebut bisa berupa latar belakang, visi & misi, USP (Unique Selling Point) ataupun mengenai kompetitor. Tentu saja dengan menguasai secara detail akan memudahkan Anda dalam proses pembuatan konsep dan menjadi nilai tambah pada saat presentasi ke client.

Using Stock Art
Karena dikejar waktu & ide yang sudah buntu, akhirnya diputuskan untuk mengambil jalan pintas yaitu menggunakan Stock Art atau Clipart yang banyak bertebaran di free image bank. Seharusnya sebuah logo harus unik atau tidak dimiliki oleh yang lainnya. Bagaimana rasanya bila kita bertemu dengan orang yang memakai baju yang sama dengan kita? Unik?

Copying Other Logo
Dalam proses pembuatan logo, referensi memang diperlukan. Tapi berhati-hatilah, secara sadar atau tidak logo yang dihasilkan mirip dengan logo lainnya, terlebih lagi logo pesaing. Hal ini akan menjatuhkan kredibilitas Anda sebagai designer. Padahal dalam logo produk diharuskan untuk menonjol dalam keramaian.

Poor Typography
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan typography. Pemilihan font merupakan faktor penting dalam membentuk identitas merk. Sebaiknya dihindari pemilihan font yang default yang biasa digunakan sehari-hari seperti Arial, Times New Roman. Menggunakan font yang terlalu banyak (lebih dari 2 jenis font) juga akan menyulitkan pembaca untuk menangkap dan memahami pesan yang ingin Anda sampaikan. Pemilihan font yang terlalu tipis akan terlihat bagus pada saat dicetak, tetapi dalam media yang akan dibordir atau disablon tentu saja akan mengalami kesulitan.

Over Doing Effect & Colour
Penggunaan efek –efek pada photoshop seperti bevel dan yang lainnya sebaiknya dihindari. Karena dengan begitu logo akan terlihat amatir terutama jika diaplikasikan ke berbagai media. Warna yang digunakan dalam logo sebaiknya tidak lebih dari 4 warna karena tiap warna memiliki arti psikologis tersendiri. Jika logo yang dibuat memakai warna yang banyak, bagaimana hasilnya jika diaplikasikan ke dalam format grayscale?

Ada banyak kesalahan lainnya yang tidak dapat dibahas satu persatu. Nah, apakah kita pernah melakukannya? Jika iya, lupakan dan ciptakan ide terbaik dengan terus berkarya tanpa mengulangi kesalahan.