Friday, September 13, 2013

Siomay Pink, Berangkat dari Hati yang Paling Dalam

Mungkin dari beberapa rekan pernah mendengar bahkan mengenal sosok Sriyono, si penjual siomay pink. Merupakan kisah lama, tetapi saya tertarik untuk menulisnya kembali disini melihat perjuangan beliau yang sangat luar biasa. Bahkan mesin pencari google menyebut 290,000 hasil pencarian. Yang menjadi pertanyaan bagi saya, kenapa sepeda tersebut harus dicat dengan warna pink bahkan dengan pernak pernik dan seragam pink? Kenapa tidak dengan warna merah yang lebih nge-jreng, apakah hanya sekedar branding? Ternyata dibalik itu tersimpan kisah perjuangan hidup yang sangat berliku.

Pria kelahiran 21 Juli 1954 telah bergelut di dunia siomay selama 32 tahun, puncak sukses diraihnya pada tahun 1996, ketika berhasil membuka outlet siomay di salah satu mal kelas atas, yakni Plaza Senayan yang kemudian berlanjut hingga lebih dari 10 mal. Pendapatannya saat itu mencapai 2 milyar per tahun! Tinggal di ibukota dengan duit melimpah ketika itu bagai hidup di surga. Bahkan ketika krisis 1998, dia justru masih bisa mendirikan outlet di beberapa tempat lain.
Tahun 1999, Sriyono mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi seorang putri dari keluarga polisi. Pernikahan yang tidak direstui oleh pihak keluarga istri, kemudian menjadi bom waktu baginya.

Tahun 2004 merupakan ujian yang maha dahsyat dalam hidupnya, hak paten Siomay Senayan dijual dan bisnisnya kolaps. Dan puncaknya, sang istri menggugat cerai. Dia juga harus berpisah dengan kedua anaknya, hidup nggak jelas dan nggak punya apa-apa, bahkan hanya baju yang melekat di badan yang dimilikinya. 5 tahun dijalankan dengan keadaan seperti itu.

Awal 2010, dia mendapat bantuan modal dan berusaha merintis kembali usaha siomay nya di suatu tempat di kawasan blok m dan ternyata bangkrut kembali. Akhirnya di pertengahan Juli 2010, dia memutuskan untuk kembali ke konsep awal dia berjualan, yakni dengan bersepeda tetapi dia ingin mengemasnya dengan tampilan yang eksentrik. Dengan modal nekat dan serba utangan, dia berangkat dari minus dan cucuran air mata.
Dia teringat kepada anaknya yang kebetulan suka dengan warna pink, maka tanpa banyak berpikir dia pun memutuskan untuk menggunakan warna tersebut. Mulai dari sepeda, kotak kayu bahkan panci pun dibalut dengan warna pink! Sriyono juga mengenakan kaos dan celana pendek pink, tidak ketinggalan di depan sepeda terdapat keranjang pink dengan boneka teddy bear pink duduk di dalamnya. Semua itu mewakili rasa rindu kepada anaknya  yang hampir 6 tahun tidak pernah bertemu. Siomay pink ini betul-betul berangkat dari hati yang paling dalam.

Tapi dengan usahanya yang tampil nyentrik itu, tidak semudah yang dibayangkan. Hampir setiap hari Sriyono menjadi bahan ejekan. Bahkan ada yang sampai mengatakan waria. Tetapi semua dilewatinya dengan hati yang ikhlas dan konsisten dengan apa yang dilakukan. Usahanya membuahkan hasil dengan menjadi topik pembicaraan di jejaring sosial bahkan sampai diliput oleh sebuah stasiun televisi nasional. Popularitasnya menghantarkan Sriyono mewujudkan cita-citanya, yakni bertemu dengan sang anak.

Mungkin saat ini, siomay pink sudah banyak yang mengikuti, tetapi warna pink menjadi arti tersendiri bagi perjalanan hidup Sriyono.


Sungguh luar biasa....!

Sumber :

No comments: